Saturday, September 17, 2011

TANTANGAN YANG DIHADAPI UMAT ISLAM


Tulisan ini merupakan kutipan dari salah satu sumber. mudahan-mudahan bermanfaat. 
Sebelum berbicara tentang rincian tantangan, perlu digaris bawahi bahwa tantangan dan lawan yang harus dihadapi bukan saja yang datang dari luar, tetapi juga dari dalam diri kita sendiri. Itulah yang menjadi salah satu sebab mengapa Nabi saw. Menegaskan - ketika kembali dari suatu pertempuran -  bahwa: “Kita baru saja kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar, yakni melawan diri kita sendiri.” Diriwayatkan juga bahwa Sayyidina Ali kw. pernah bersabda: Hai manusia, penyakitmu ada pada dirimu, tetapi engkau tidak mengetahui, dan obatnya ada padamu, tetapi engkau tidak hiraukan.”
Kalau kini kita telah menyadari adanya tantangan, maka tantangan itu pertama kali harus dicari pada diri kita, sebelum mencari pada orang lain, atau menuduh mereka menjadi penyebabnya. Dalam hal ini kita hendaknya belajar pada jari-jari kita menunjuk. Hanya satu jari yang kita arahkan keluar, yaitu jari telunjuk, sedangkan tiga jari lainnya menunjuk ke diri kita sendiri, dan salah satunya ditekan oleh ibu jari kita.
Dahulu umat islam disegani oleh masyarakat dunia. Mereka belajar dari kita. Tetapi, kita tertinggal dalam segala bidang, bahkan kita mendapat tantangan dari segala penjuru. Ada yang berkata andaikata Baghdad tidak jatuh ke tangan Mongol pada tahun 1258 M, yang disusul dengan penghancuran pusat-pusat ilmu; dan andaikata dunia barat tidak menemukan jalur perdagangan laut pada abad ke-15 M, tentulah keadaan dunia islam tidak seperti sekarang ini. Tetapi apa gunanya berandai-andai karena jarum waktu tidak bisa diputar kembali. Sejak itu, sedikit demi sedikit – tetapi pasti – dunia islam telah mengalami keterpurukan, dan itu berlanjut hingga kini.
Kini dunia Islam yang mengalami kontak dengan Barat, bukan lagi dunia Islam sebelum keruntuhan Baghdad, atau keruntuhan Dinasti Muwahiddun dan terusirnya kaum Muslimin dari Spanyol tahun 1235 M. Bahkan, tantangan yang dihadapi kini bukan hanya dalam bidang politik dan ekonomi, tetapi ideologi dan filsafat materialistis, yang tak jarang bertentangan dengan ajaran islam.
  Kesadaran tentang adanya tantangan telah lama muncul. Aneka resep dan langkah perubahan pun telah diupayakan. Ada yang mengambil sikap apatis atau acuh tak acuh terhadap kemajuan itu, yang boleh jadi karena mereka tidak karena mereka tidak menyadari dampak buruknya terhadap umat pada satu pihak, dan terbuai oleh kejayaan masa lampau pada pihak lain. Mereka inilah yang menghasilkan apa yang kemudian dinamai Adab al-Fakhr wa at-Tamjid, yakni menunjuk zaman keemasan yang telah berlalu dan berbangga dengannya. Dampak buruk dari sikap ini adalah sering kali bila ada penemuan ilmiah dari pihak lain, kita berucap: “Itu sudah ada dalam al-Qur’an.”
   Ada juga yang berusaha menghadapi cabaran (tantangan) itu dengan pemurnian agama, seperti antara lain yang dilakukan gerakan Wahabiyahdi Saudi Arabia, as Sanusiyah di Libya, dan Jamaah Islamiyah di Pakistan. Mereka beranggapan bahwa masa Rasulullah adalah masa terbaik berdasarkan hadits Rasulullah saw. Sebaik baik generasi adalah generasiku. Konsekwensinya, mereka berusaha mempertahankan apa saja yang diterima dari Rasul saw. tanpa mempertimbangkan faktor budaya dan perkembangan positif masyarakat. Mereka lupa atau mungkin tidak mau tahu bahwa Rasul saw. juga pernah bersabda : Umatku seperti hujan, tidak diketahui apakah awalnya , tengahnya , atau akhirnya yang terbaik.
Adalagi sekelompok kaum muslim yang menilai bahwa tantangan itu harus dihadapi dengan belajar dari Barat dan mengambil segala sesuatu dari sana. Tetapi, mereka itu sering sekali lupa pada akar budaya mereka sendiri serta ajaran agama Islam. Ini, misalnya, ditempuh oleh Ahmad Khan di India dan Kemal at-Taturk di Turki.
Ada juga sekelompok kecil lain yang berusaha mempelajari aneka kemajuan yang dicapai oleh bangsa barat dan menerapkannya tanpa meninggalkan kepribadian dan prinsip-prinsip ajaran agama. Ketiga pandangan di atas hingga kini masih memiliki pendukung-pendukungnya.
Demikianlah, kita mengetahui bahwa diri kita sakit, tetapi obat yang kita gunakan belum tepat. Apa yang telah dilakukan selama ini, paling baru sebatas infus untuk mempertahankan hidup, belum sampai pada pengobatan yang tepat untuk menghilangkan penyakitnya.
 Kini, kalau kita telah menyadari bahwa masyarakat Islam berada dalam tantangan dan ketertinggalan, padahal dahulu pernah jaya, maka tuntunan kitab suci kita menuntut agar kita mencari sebab perubahan itu. Mengapa kita berubah sehingga kita terpuruk dalam keadaan tertantang? Mengapa dewasa ini kita menjadi konsumen peradaban, sedang dahulu kita adalah produsennya?
Sebagian pakar berkata bahwa untuk mewujudkan peradaban diperlukan tiga unsur yang menyatu, yaitu manusia + tanah/wilayah + waktu. Tersedianya ketiga unsur tersebut pun belum berarti , kecuali kalau ada zat perekatnya, yaitu agama dan nilai-nilai spiritual.
Semua peradaban lahir dari ketiga hal tersebut, yang tentu saja disertai dengan perekatnya. Menurut sebagian pakar, seperti Max Weber, bahwa kebangkitan Eropa lahir dari etika Protestan, dimana mereka menekankan bahwa surga itu dapat diperoleh melalui sukses di dunia, dan karena itu, mereka bersungguh-sungguh membangun diri dan masyarakat dalam kehidupan dunia ini guna meraih surga ukhrawi. Bandingkanlah nilai spiritual ini dengan pandangan sebagian umat Islam yang bertolak belakang dengan nilai tersebut.
Dalam pengamatan banyak pakar, nilai-nilai spiritual atau ajaran agama selalu menyertai lahirnya peradaban. Bahkan dari lima belas peradaban besar yang dikenal dalam sejarah, dimulai dari Peradaban Sumeria hingga Peradaban Amerika dewasa ini, kesemuanya lahir dari upaya mempertahankan nilai-nilai tersebut yang terpaksa mereka lakukan dengan berhijrah ke tempat lain.
Umat islam dewasa ini memiliki ketiga unsur peradaban di atas, manusia, tanah/materi, dan waktu. Umat Islam pun memiliki ajaran agama, namun keadaan kita tidak seperti yang kita harapkan. Jika demikian, kita harus mencari akar persoalannya - yang sekaligus menjadi tantangan kita – pada unsur-unsur peradaban itu, manusia, tanah dan waktu, juga pada nilai-nilai perekatnya, yakni pemahaman dan pengamalan agama kita. Apakah ada yang keliru? Jumlah kaum muslimin banyak, tanah yang dimilikinya luas, dan waktu yang tersedia tidak lebih sedikit dari waktu pihak lain. Jika demikian bagaimana dengan ajaran agamanya? Adakah yang keliru? Setiap orang Muslim pasti akan berkata: Tidak! Karena itu, boleh jadi pemahaman dan pengamalan kita terhadap Al-Quran-lah yang keliru, dan dari sudut sini lahir slogan: Mari kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah. (Insya Allah Bersambung)

Wednesday, July 13, 2011

Malaikat beristighfar bagi orang Mukmin

Rasulullah bersabda dalam beberapa hadits bahwa malaikat beristighfar bagi orang-orang mukmin yang melakukan aktivitas tertentu, seperti:

  • Mereka yang berada pada shaf pertama (HR Abu Dawud melalui al-Bara Ibn Azib)
  • Yang menyempurnakan shaf yang kosong ( HR Ibn Majah melalui Aisyah ra)
  • Yang bangun untuk sahur ( HR Ibnu Hibban melalui Ibn Umar)
  • Yang bershalawat pada Nabi saw. ( HR Ahmad melalui Amir Ibn Rabi'ah)
  • Yang menjenguk orang sakit (HR Abu Dawud melalui Ali Ibn Thalib)

Monday, June 20, 2011

BIOGRAFI IBLIS


   
       Nama                                : Iblis
Gelar                                 : Setan
Tgl Lahir                            : 1-1-Tahun perintah sujud kepada Adam
Alamat                              : Hati orang-orang yang lengah
Warga Negara                  : Dunia
Agama                               : Kekufuran
Pekerjaan                          : Pengasuh semua manusia yang sesat dan dimurkai Allah
Pangkat dan golongan      : Pembangkang Utama
Jabatan                              : Pemimpin tertinggi kekufuran dan sirik
Masa Kerja                        : Sejak kelahiran nabi Adam sampai kiamat
Modal Kerja                      : Penipuan
Cara Kerja                         : Bertahap
Sarana                               : Seks, harta, dan semua hiasan dunia
Sumber rejeki                   : Semua yang haram
Tempat                              : Night club, pasar, dan tempat-tempat kotor
Hobi                                   : Menyesatkan dan menjerumuskan
Cita-cita                            : Semua manusia masuk neraka
Istri                                    : Semua yang terbuka auratnya
Anak sah                            : Lima orang
Cucu                                  : Yang durhaka pada orang tuanya
Yang ditakuti                     : Zikir dan ayat Al Quran
Musuh                               : Tuhan dan orang beriman
Teman                               : Semua yang rakus, boros, dan ingin kekal
Kekuasaan                         : Nihil
Kemampuan                      : Lemah
Wewenang                        : Merayu
Alat komunikasi                : Waswas dan mengumpat
Yang paling disenangi       : Pemutusan hubungan antara Tuhan dan manusia
Kepribadian                       : Angkuh


*dikutip dari suatu sumber

Monday, March 21, 2011

Keadaan Bumi Pada Hari Kiamat



Hadist No. 1
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, dia berkata: Rasulullah saw pernah bersabda: Pada hari kiamat Allah melipat langit lalu Allah menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya, kemudian Allah berfirman, Akulah Maha Raja. Dimanakah sekarang orang-orang yang berbuat sewenang-wenang? Dimanakah sekarang orang-orang yang sombong ? Kemudian Allah melipat bumi di tangan kiri-Nya. Lalu Allah berfirman, Akulah Maha Raja. Dimanakah sekarang orang-orang yang berbuat sewenang-wenang? Dimanakah sekarang orang-orang yang sombong? (HR. Muslim, juga di riwayatkah oleh Bukhari, hadits nomor 7412).

Hadits No.2
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d r.a. dia berkata Rasulullah saw pernah bersabda: Pada hari kiamat manusia dikumpulkan pada bumi yang sangat putih berbentuk bulat pipih dan gundul tanpa ada tanda-tanda di atasnya bagi siapa pun.   (HR. Muslim, juga di riwayatkah oleh Bukhari, hadits nomor 6521).

Thursday, March 3, 2011

Rasul dan Jeruk Limau



Rasulullah sangat memuliakan dan sentiasa meraikan tetamu. Pada suatu hari Rasulullah sedang berkumpul bersama para sahabat di rumah Abi Arqam. Tiba-tiba datang seorang perempuan Quraisy ke arah mereka. 

Perempuan itu sebenarnya mahu menguji Rasulullah, benarkah baginda seorang yang sangat berakhlak dan tidak pernah mengecilkan hati orang. Perempuan itu membawa tiga biji limau yang diletakkan di dalam dulang bersamanya. 

Tiba di hadapan Rasulullah dia meminta Rasulullah memakan limau itu di hadapannya pada ketika itu juga. "Silalah makan limau hadiah saya ini," katanya. "Saya rasa bahagia jika tuan memakannya," sambung perempuan itu lagi. 

Mendengar kata-kata perempuan itu, Rasulullah dengan senang hati mengambil buah itu. Baginda mengupas kulitnya dan makan seulas demi seulas. Sambil makan limau itu baginda tersenyum manis. Setelah habis sebiji diambilnya sebiji lagi. Rasulullah makan dengan begitu berselera sekali. 

Para sahabat yang duduk di sekeliling baginda berasa ngiur melihat limau itu. Tambahan pula mereka semuanya dalam keadaan lapar. Tetapi mereka hairan dengan sikap Rasulullah yang langsung tidak mempelawa atau memberi limau itu kepada mereka. Kerana setahu mereka Rasulullah adalah seorang yang sangat pemurah dan dermawan. 

Setelah habis limau yang kedua itu baginda mengambil limau yang ketiga dan memakannya sambil melemparkan senyuman yang manis kepada para sahabat yang duduk bersamanya. Sebaik sahaja baginda selesai menghabiskan limau yang ketiga itu, perempuan Quraisy tadi dengan tersipu-sipu terus keluar tanpa berkata sepatah perkataan pun. 

Apabila perempuan itu hilang dari pandangan baginda, Rasulullah pun bersabda: "Limau itu tadi adalah limau yang paling masam yang pernah aku makan. Aku takut sekiranya aku memberi kamu, kamu akan makan dengan mengenyit-ngenyit mata di hadapan perempuan itu. Jadi aku takut kalau perbuatan itu boleh mengecilkan hatinya." 

Dengan itu fahamlah para sahabat yang berada bersama Rasulullah. Demi untuk menjaga hati perempuan itu Rasulullah sanggup menghabiskan buah limau itu walaupun ianya sangat masam. Baginda juga tidak menunjukkan sebarang reaksi yang tidak baik walaupun limau yang diberi itu masam. 

Malah Rasulullah sedikit pun tidak marah kepada perempuan itu yang hendak mempermainkannya. Dari kisah ini kita dapat melihat bagaimana mulia akhlak baginda. Baginda tidak sanggup mengecilkan hati seseorang walaupun terhadap orang bukan Islam.

Monday, February 14, 2011

Penjahat Baik, dan Penjahat Buruk

Ada dua orang yang bernama Badu dan Badai, masing-masing mempunyai seorang anak. Si Badu dan si Badai mempunyai korenah yang sama dalam hal perilaku buruk. Mereka sering melakukan perbuatan yang dilarang Allah seperti mabuk, judi ataupun zina. Sebaliknya jarang sekali melaksanakan perintah Allah seperti kewajiban shalat, puasa.

Namun ada sedikit perbedaan antara keduanya. Karena merasa bereperilaku jelek, si Badu ga pernah menganjurkan anaknya berbuat baik seperti ngaji, shalat atau puasa. Karena merasa tidak pantas menyuruh orang berbuat baik sedangkan dirinya sendiri tidak pernah melakukan amal kebaikan. Sedangkan Badai sering menganjurkan anaknya berbuat baik karena tidak mau anaknya menjadi seperti dia. Makanya si Badai mengirim anaknya berguru pada seorang kiyai, menyuruhnya mengaji, sembahyang dan puasa.

Mana yang baik perilaku diantara kedua orang itu.

Semoga menjadi renungan. Subhanllah.



Teh Botol, Kasih Seorang Ibu


Dalam ceramahnya, seorang Ustadz bercerita bahwa dia menerima sms dari seorang anak menanyakan “bolehkah menyiram kuburan dengan air teh botol?”  

Untuk menjawab pertanyaan tersebutnya sang ustadz merasa perlu mengetahui apa latar belakang anak tersebut  bertanya demikian, maka beliau terlebih dahulu menemui anak itu. Rupanya anak tersebut mempunyai ibu yang telah meninggal yang dulunya beprofesi sebagai pelacur. Menurut cerita sang anak ibunya kalau maupergi menjalankan profesinya selalu setelah mendirikan shalat Isya. Setelah pulang diapun mandi dan shalat dua rakaat. Setiap malam sang ibu selalu membawakan teh botol untuk sang anak, karena anaknya ini sangat menyukai teh botol. Dan teh botol tersebut selalu dibawa dalam kantong plastik.

Setelah ibunya meninggal, dari cerita teman-teman sang ibu, diketahui bahwa teh botol yang dibawa pulang tersebut berasal dari sisa sisa minuman para tamu. Beliau ingin selalu memberi oleh-oleh untuk anaknya, sesuatu yang disukai anaknya walaupun penghasilnya sangat tidak mencukupi. Sang ibu berusaha menghemat uang demi untuk masa depan seorang anak, serta niat untuk dapat segera terbebas dari jeratan ‘maksiat”.  

Diceritakan bahwa sang anak ingin berbakti kepada orang tua dengan cara memberi siraman air teh botol dari botol yang asli (bukan dengan kantong bungkus plastik) sambil membacakan doa agar ibunya diberi ampunan oleh Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Sang ustadz menambahkan bahwa kita tidak bisa menyamaratakan pandangan atas suatu kasus. Yang mungkin punya latar belakang yang kita tidak ketahui.

Subahanallah.